Sabtu, 23 November 2013

Batu Keramat, Cerita Rakyat Suku Yapen

http://sdaljihad.files.wordpress.com/2011/05/image0001.jpg
Di daerah Wawuti Revui, Yapen Timur, Papua terdapat sebuah gunung bernama Kamboi Rama. Gunung tersebut merupakan tempat bagi penduduk setempat untuk berkumpul atau mengadakan pesta. Gunung Kamboi Rama juga merupakan tempat tinggal dari seorang Raja Tanah bernama Iriwonawai.
Raja Tanah Iriwonawai sangat kaya. Ia memiliki sebuah gendang atau tifa keramat yang diberi nama Sokirei atau Soworoi. Jika Raja Tanah menginginkan penduduk berkumpul, gendang itu akan dibunyikan. Segera setelah gendang berbunyi, penduduk akan berbondong-bondong menuju Gunung Kamboi Rama. Saat berkumpul merupakan scat yang tidak pernah dilewatkan oleh satu orang pun penduduk. Alasannya, mereka ingin mendapat kesempatan melihat gendang Sokirei. Namun sayangnya, gendang Sokirei hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang memiliki kekuatan gaib..
Selain memiliki gendang Sokirei, Raja Tanah Iriwonawai juga memiliki daerah yang banyak ditumbuhi tanaman sagu. Daerah tersebut bernama Aroempi.
Sagu merupakan makanan pokok dari penduduk Wawuti Revui. Hampir setiap hari, penduduk mengambil sagu di daerah Aroempi. Lama kelamaan, sagu di daerah tersebut berkurang. Hal tersebut membuat Raja Tanah Iriwonawai marah. Hingga akhirnya, Raja Tanah Iriwonawai memindahkan tanaman sagunya ke daerah lain. Hal tersebut, ternyata tidak membuat Raja Tanah Iriwonawai, berkurang amarahnya sehingga penduduk senantiasa ketakutan. Untuk menghindari kemarahan Iriwonawai penduduk Wawuti Revui pindah ke daerah pantai. Daerah yang baru tersebut oleh penduduk Wawuti Revui diberi nama Randuayaivi.
Sementara itu, di Wawuti Revui hanya tinggal Raja Tanah Iriwonawai dan sepasang suami istri bernama Irimiami dan Isoray. Mereka tetap tinggal di desa tersebut dan tidak ingin meninggalkan desa seperti penduduk-penduduk yang lain.
Pada suatu hari, si istri yaitu Isoray duduk di atas batu untuk berjemur diri. Setelah beberapa lama ia duduk, batu yang didudukinya mengeluarkan gumpalan awan. Mula-mula Isoray merasa hangat. Lama kelamaan, ia merasa kepanasan sehingga ia tidak tahan duduk di batu itu.
Isoray pulang dan menceritakan hal itu kepada suaminya Irimiami. Irimiami semula tidak percaya. Namun, setelah duduk di atas batu tersebut, ia merasa kan hal yang sama dengan yang dirasakan istrinya.
Tiba-tiba, Irimiami mendapat ide. Ia meletakkan daging rusa di atas batu tadi. Tidak lama kemudian, daging rusa itu diangkat dan mereka makan. Ternyata daging rusa tersebut terasa lebih enak. Sejak saat itu, mereka senantiasa memanggang makanannya di atas batu tersebut.
Pada suatu hari, secara tidak sengaja, Irimiami dan Isoray menggosok buluh bambu di atas batu yang mereka anggap ajaib itu. Tidak lama kemudian, buluh bambu tersebut putus dan gosokan buluh bambu mengeluarkan percikan-percikan terang. Hal tersebut membuat suami istri tersebut semakin heran.
Keesokan harinya, mereka mencoba melakukan hal yang sama namun dengan menggunakan rumput dan daun kering. Rumput dan daun kering yang mereka kumpulkan, mereka letakkan di atas batu. Tak lama kemudian, rumput dan daun itu mengeluar kan gumpalan awan seperti yang mereka lihat sebelumnya.
Pada hari yang lain, suami istri Irimiami dan Isoray meletakkan ranting bambu, rumput, dan daun-daun kering sekaligus.. Mereka ingin melihat apa yang terjadi. Ternyata, dari tumpukan bambu, rumput, dan daun-daun kering keluar awan merah yang sangat panas. Suami istri tersebut menjadi sangat ketakutan. Mereka lalu meminta bantuan Raja Tanah Iriwonawai untuk memadamkan awan merah itu. Akhirnya, dengan bantuan Raja Tanah Iriwonawai, awan merah itupun dapat dipadamkan. Awan merah itulah yang kemudian disebut sebagai api.
Suami istri Irimiami dan Isoray sangat takjub akan kemampuan batu yang tidak sengaja mereka temukan tersebut. Mereka menganggap batu tersebut sakti dan keramat. Mereka pun akhirnya memuja batu tersebut.
Hari itu, Irimiami dan Isoray mengadakan pemujaan terhadap batu keramat. Mereka me­ngumpulkan rumput, daun, dan kayu dalam jumlah yang sangat banyak. Benda-benda tersebut mereka letakkan di atas batu keramat. Seperti kejadiari kejadian sebelumnya, dari tumpukan rumput, daun, dan kayu, keluar asap tebal yang mengepul. Begitu banyaknya rumput, daun, dan kayu yang diletakkandi atas batu, membuat gumpalan awan yang keluar mengepul selama beberapa hari. Pada pemujaan tersebut, Raja Tanah Iriwonawai juga ikut mem bunyikan gendang keramatnya.
Suara gendang keramat yang dibunyikan oleh Raja Tanah Iriwonawai ternyata terdengar hingga daerah Randuayaivi. Penduduk Randuayaivi juga melihat kepulan awan dari Gunung Kamboi yang berasal dari batu keramat.
Penduduk Randuayaivi pun berbondong-bondong menuju Gunung Kamboi. Mereka tertarik dengan suara gendang. Mereka juga ingin melihat asal kepulan awan yang terlihat sangat tebal tersebut.
Sesampai di Gunung Kamboi, penduduk Randu ayaivi disambut dengan baik oleh Irimiami dan Isoray. Pasangan suami istri tersebut kemudian menceritakan asal muasal dari batu keramat yang mereka temukan. Penduduk Randuayaivi dengan takjub mendengar cerita dari Irimiami dan Isoray. Apalagi setelah mereka mendapat suguhan makanan yang dimasak di atas batu keramat. Selama ini, memang penduduk Randuayaivi belum pernah makan makanan yang dimasak.
Suami istri Irimiami dan Isoray sangat gembira akan kedatangan penduduk Randuayaivi. Mereka berjumpa kembali dengan orang-orang yang dahulu mereka kenal. Kegembiraan suami -istri tersebut membuat mereka sepakat untuk membuat pesta adat bersama-sama penduduk Randuayaivi.
Keesokan harinya, pesta adat pun dimulai. Penduduk Randuayaivi kembali datang berbondong bondong ke Gunung Kamboi. Kali ini mereka datang dengan membawa berbagai bahan makanan seperti sagu, daging rusa, daging babi, talas, ubi-ubian, dan sebagainya. Mereka berkumpul mengelilingi batu keramat. Bahan-bahan makanan yang mereka bawa diletakkan di atas batu keramat. Tidak lama kemudian, keadaan sekitar Gunung Kamboi Rama menjadi sangat terang karena sinar api yang keluar dari batu keramat.
Selama tiga hari tiga malam mereka melangsung kan pesta adat. Mereka semua gembira. Irimiami dan Isoray kembali menceritakan peristiwa-peristiwa yang mereka alami selama menemukan batu keramat. Di samping mendengarkan cerita Irimiami dan Isoray, mereka juga menari-nari mengelilingi batu keramat.
Hingga saat ini, rakyat Papua percaya jika Irimiami dan Isoray adalah orang yang pertama kali menemukan api. Mereka mengeramatkan batu keramat yang ditemukan Irimiami dan Isoray. Setahun sekali mereka melakukan upacara adat untuk memuja batu keramat tersebut.

diambil dari kumpulan cerpen rakyat papua.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Flag Counter