Bagi kaum
Muslim, memahami yang sesat termasuk hal yang pokok dalam masalah agama. Setiap
hari, dalam shalat, mereka wajib berdoa untuk dijauhkan dari jalan orang-orang
yang dimurkai Allah (al-maghdhub) dan juga jalan orang-orang yang
sesat (al-dhaallin). Jalan yang sesat adalah jalan yang menyimpang
dari jalan yang lurus.
Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah saw dikabarkan pernah
menggambar sebuah garis lurus di hadapan pada sahabat beliau. Nabi
berkata bersabda: “Inilah jalan Allah yang lurus” (haadzaa shiraathullaahi
mustaqiimaa). Lalu, pada garis lurus itu, beliau menggambar garis yang
menyimpang ke kiri dan ke kanan. Beliau katakan: “haadzihis subul
mutafarriqatun; ‘alaa kulli sabiilin minhaa syaithaanun yad’uw ilaihi.” Lalu, beliau membaca ayat
al-Quran: “wa anna hadza shirathiy mustaqiiman fattabi’uuhu wa laa
tattabi’u as-subula fatafarraqa bikum ‘an sabiilihi.”.
Jadi, setiap
Muslim wajib memahami, mana jalan yang lurus (shirathal mustaqim) dan
mana jalan yang sesat. Di jalan sesat itulah, kata Nabi saw, ada setan yang
selalu berusaha menyeret orang Muslim ke jalan setan, atau jalan sesat
itu. Orang yang sesat ada dua jenis, yakni yang sesat secara sengaja dan
yang sesat karena bodoh. “Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak
mereka dalam keadaan sesat; lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jalan
hidup bapak-bapak mereka itu.” (QS
ash-Shaffat: 69-70).
Ada juga
orang-orang yang di akhirat dijebloskan ke neraka, karena tersesat hidunya di
dunia. Mereka hanya ikut-ikutan secara membabi buta kepada para pemimpin mereka
yang sesat. Apapun yang dikatakan dan dikerjakan pemimpinnya diikuti, tanpa mau
berpikir dan mencari kebenaran. Penghuni neraka itu berkata: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami,
lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami,
timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan
laknat yang besar.” (QS al-Ahzab: 67-68).
Ada orang-orang bodoh
dan tidak mau menuntut ilmu yang kemudian tersesat, karena hanya ikut-ikutan
pada tradisi nenek moyangnya yang juga tersesat. (Lihat, QS az-Zukhruf: 21-23).
Mereka tidak mau berpikir dan mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh.
Padahal, mereka dikaruniai akal untuk membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Manusia-manusia seperti ini pun tak lepas dari azab Allah SWT. Dan
mereka (penghuni neraka) itu berkata, andaikan kami dulu mau mendengar dan mau
berpikir, maka kami tidak akan menjadi penghuni neraka Sa’ir.” (QS al-Mulk:
10).
Manusia yang tahu
jalan yang benar, tetapi karena godaan hawa nafsu dan kecanggihan tipu daya
setan, maka mereka menolak jalan yang benar, itu adalah sesat. Contoh yang
jelas adalah kasus Iblis yang menolak perintah Allah karena kesombongan. Iblis
adalah contoh utama dalam hal ini. Iblis tahu benar bahwa yang dilakukannya – membangkang
perintah Allah SWT adalah salah. Tapi,
karena api kedengkian membakar dirinya, maka ia memilih jalan sesat dengan
sadar. Ia berani membangkang perintah Allah karena kesombohan dan kedengkian. Begitu
banyak jerat-jerat ditabur setan untuk menjerat manusia ke jalan sesat. Karena
itu, kiat sederhana untuk selamat dari jalan sesat adalah mengikuti petunjuk Allah
SWT. “Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan tersesat dan
tidak akan celaka.” (QS Thaha: 123).
Islam merupakan
satu-satunya agama yang diakui keabsahannya oleh Allah SWT. (QS ali Imran:19).
Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima oleh
Allah dan di akhirat termasuk orang-orang yang ragu. (QS Ali Imran:85).
Kriteria paham/aliran
sesat yang dirumuskan Majelis Ulama Indonesia sudah memadai untuk dijadikan
pegangan dan pedoman :
(1) Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun
Islam
(2)
Meyakini/mengikuti aqidah yg tidak sesuai dg adalli syar’i (al-Quran & as
Sunnah)
(3) Meyakini turunnya wahyu sesudah al-Qur’an
(4) Mengingkari autentitas dan kebenaran al-Quran
(5) Menafsirkan al-Quran yg tidak berdasarkan
kaidah-kaidah tafsir
(6) Mengingkari kedudukan hadits nabi sebagai
sumber ajaran Islam
(7) Menghina, melecehkan/ atau merendahkan Nabi
dan Rosul
(8) Mengingkari Nabi Muhammad SAW. sebagai Nabi
dan Rasul terakhir
(9) Mengubah, menambah dan mengurangi
pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan
syari’at
(10) Mengkafirkan
sesama muslim tanpa dalil syar’i.
Cara menyikapi dan menghindari lingkungan yang sesat :
v Berpegang teguh pada
rukun iman dan takwa kepada Allah SWT.
v Melaksanakan rukun islam
dan juga sunnahnya
v Berpikirlah dengan
matang
v Apabila melenceng dari
Al Quran dan Hadits, segera hindari dan jauhi
v Analisis orang yang
meragukan dan jangan mudah percaya dengan orang asing
v Ikhtiar dan berusaha
v Berdoa meminta
perlindungan kepada Allah dari setan, iblis serta makhluk lain